Makalah “Masalah Pokok Perekonomian Indonesia
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa
lepas dari berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya.
Terlebih pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan
kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat
langkah Negara Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Dalam indikator ekonomi makro ada
tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah
masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika
angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi.
Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum,
yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Masalah
ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok
yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.
Dua indikator kinerja perekonomian
yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua
ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan
pengangguran dan inflasi?
b. Apa hubungan antara Pengangguran
dan Inflasi?
c. Bagaimana dampak Pengangguran dan
Inflasi terhadap Masyarakat Indonesia?
1.3 Tujuan Makalah
– Memahami konsep Pengangguran & Inflasi
– Mempelajari hubungan antara Pengangguran & Inflasi
– Mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
– Memahami konsep Pengangguran & Inflasi
– Mempelajari hubungan antara Pengangguran & Inflasi
– Mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengangguran
A. Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk
dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan
belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti
ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah
istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja,
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang
berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan
jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung
dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan
politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita
suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan
dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
B.
Jenis-Jenis Pengangguran
- Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran
dikelompokkan menjadi 3 macam :
Ø Pengangguran Terselubung
(Disguised Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal
karena suatu alasan tertentu.
Ø Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Ø Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
- Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya,
pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
Ø Pengangguran Friksional
(Frictional Unemployment)
Pengangguran Friksional adalah
pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu,
informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerja penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Ø Pengangguran Konjungtural (Cycle
Unemployment)
Pengangguran Konjungtoral adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
Ø Pengangguran Struktural
(Structural Unemployment)
Pengangguran Struktural adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa
kemungkinan, seperti :
ü Akibat permintaan berkurang
ü Akibat kemajuan dan penggunaan
teknologi
ü Akibat kebijakan pemerintah
Ø Pengangguran Musiman (Seasonal
Unemployment)
Pengangguran Musiman adalah keadaan
menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang
menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti
musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
Ø Pengangguran Siklikal
Pengangguran Siklikal adalah
pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga
permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Ø Pengangguran Teknologi
Pengangguran Teknologi adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin.
Ø Pengangguran SiklusPengangguran
Siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran Siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
C.
Penyebab terjadinya Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung
dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
D. Dampak terjadinya
Pengangguran
- Bagi Perekonomian Negara
ü Penurunan pendapatan perkapita.
ü Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
ü Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
- Bagi Masyarakat
ü Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
ü Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
ü Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
E.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
1.Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan
yang penting untuk mengatasi pengangguran. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran
agregat dapat ditambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional dan
tingkat penggunaan tenaga kerja. Apabila dilihat dari sisi perpajakan, untuk mengatasi
masalah pengangguran langkah yang harus dilaksanakan adalah mengurangi pajak
pendapatan. Pengurangan pajak akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk
membeli barang dan jasa. Sehingga pengeluaran rumah tangga mengalami
peningkatan. Kenaikan pengeluaran rumah tangga akan meningkatkan juga
pengeluaran secara keseluruhan. Dengan demikian pendapatan nasional akan
bertambah yang pada akhirnya kesempatan kerja meningkat dan pengangguran
berkurang.
2.Kebijakan Moneter
Cara pemerintah (melalui bank
sentral) dalam mengatasi pengangguran yaitu dengan menambah jumlah penawaran
uang. Semakin meningkatnya penawaran uang maka akan menurunkan suku bunga dan
meningkatkan investasi. Jumlah investasi yang semakin meningkat akan menambah
kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi pengangguran.
2.2 INFLASI
A. Defini Inflasi
Inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan
GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi
empat golongan, yaitu
1.
inflasi ringan,
2.
sedang
3.
berat
4.
hiperinflasi.
Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30%
setahun; inflasi berat antara 30%—100% setahun; dan inflasi hiperinflasi atau
inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
B. Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu
1.
inflasi yang berasal dari dalam negeri
2.
inflasi yang berasal dari luar negeri.
Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi
akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif
impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi
berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang
terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu
disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan
harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai
inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
C. Penyebab Terjadinya Inflasi
C. Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu
- tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
- desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi) dan juga termasuk kurangnya distribusi.
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegeng oleh Pemerintah seperti
fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan produksi terjadi
akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
- Kenaikan harga, misalnya bahan baku
- kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang
D. Dampak Terjadinya Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negative tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negative tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Contoh seorang pensiunan pegawai
negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli
uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan
dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat
mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
E. Kebijakan-kebijakan Pemerintah
Dalam Mengatasi Inflasi
1. Kebijakan Fiskal
Ketika inflasi terjadi maka untuk
mengatasinya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pajak dan
mengurangi pengeluaran agregat. Usaha untuk mengurangi pengeluaran agregat
yaitu dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah, sehingga tekanan inflasi
dapat dikurangi.
2. Kebijakan Moneter
Usaha yang dilakukan pemerintah
untuk mengatasi inflasi yaitu dengan cara menurunkan penawaran uang. Jika
penawaran uang menurun maka tingkat suku bunga akan meningkat. Akibatnya
investor akan mengurangi investasinya. Selain itu pengeluaran rumah tangga akan
berkurang karena mereka lebih menginginkan untuk menyimpan uangnya di bank.
Dengan demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan.
2.3 Hubungan Antara Pengangguran
dengan Inflasi
Ada suatu hubungan terbalik antara
tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin
banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan
faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi
peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan
profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah
proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud
untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja
terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat
melalui ekonomi luar. Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa
ketika pemerintah berniat untuk menurunkan tingkat pengangguran yang harus
menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang berbeda antara inflasi dan
pengangguran yaitu jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara
yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah
pasar saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan
mengaitkan jumlah pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah
pokok perekonomian indonesia dapat ditarik kesimpulan, bahwa masalah pokoknya
yaitu pengangguran dan inflasi. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam
angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Dan
inflasi adalah proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi menunjukan tingkat kenaikan
harga, sedangkan pengangguran kesempatan yang timpang yang terjadi antara
angkatan kerja dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak
dapat melakukan kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap
Pengangguran. Tingkat Pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah
Inflasi, sebaliknya bila tingkat Pengangguran tinggi tingkat harga-harga
relatif stabil. Selain itu, melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan
harga barang (Inflasi), berakibat pada lemahnya investasi pula, dan akhirnya
berdampak pada menambahnya Pengangguran karena tidak adanya kesempatan kerja.
Inflasi yang sudah berkembang cepat
perlu ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi
dapat ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka
pengangguran yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat ditanggulangi
secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun
dibarengi dengan tingkat pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat
dengan mengurangi jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula
dengan insentif perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari
semua kebijakan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar